Begitu
mendengar pantai Brumbun Tulungagung eksotik, saya langsing “klik pantai
brumbun”, wah banyak orang sudah mengunggah foto-foto pantai tersebut. Ada lagi
yang menulis pengalaman untuk mencari dan mengapresiasi pantai Brumbun, dia
sempat kebablasan jalan, karena kawasan i ini ternyata banyak pantai. Tentu
saja itu kan pantai laut selatan,
sehingga mulai dari Banyuwangi sampai di Pangandaran, banyak pantai yang
elok. Walaupun sesama pantai, ternyata
di setiap daerah mempunyai kekhasan yang unik dan menarik. Ada yang ombaknya
tinggi dan menggelegar, ada juga yang pantainya tenang, tetapi ombak besarnya
pecah di tegah, dan lain sebagainya.
Begitu
melihat foto pantai Brumbun dalam internet, saya juga ingin melihat dari dekat
untuk berapresiasi dan menikmati pantai Brumbun. Kami adalah Tim dari Flipmas
(Forum Layanan Ipteks Masyarakat) yang mempunyai tujuan untuk membantu
masyarakat yang membutuhkan, dan akan kami coba untuk mengapresiasi kawasan
tersebut. Saat kami melakukan observasi yang tim observernya adalah para pakar
dari Perguruan Tinggi di Surabaya (Unner) dan Malang (UM, UMM, Malang
Kuceswara) bergabung untuk janjian dan jumpa di Brumbun.Sesampainya di puncak
Brumbun, kita dapat menikmati bukit-bukit, tanaman-tanaman, dan pantai.
Ternyata tidak hanya pantai Brumbun, masih ada pantai di sebelah timurnya, dan
pantai di sebelah barat pantai Brumbun.
Kami segera
turun dengan kondisi jalan yang memprihatinkan, karena berkelok agak curam,
tetapi lubang-lubangnya sangat besar. Sehingga kita harus super hati2 dalam
menuruni jalan menuju pantai Brumbun. Sayangnya di puncak Brumbun itu tidak ada
tempat duduk untuk orang yang datang sekedar istirahat dan menikmati keindahan
alam dari ketinggian. Juga tidak ada gardu atau Gazebo untuk sekedar melepas
lelah. Rumbun, tidak ada pintu khusus dan tidak berkarcis seperti pantai
lainnya. Mungkin Pemerintah daerah Tulungagung masih memberikan kesempatan untuk
bersantai ria dan bebas bea (percuma). Pantai Brumbun di lihat dari puncak
bukit Brumbun, adalah seperti berikut.
Makin
mendekat dengan pantai, ke elokan dan ke eksotikan pantai Brumbun makin memikat
hati. Begitu sampai di pantai Brumbun, sedikit agak kecewa, sebab Keindahan
dari kejauhan itu lebih indah dari dekatnya. Sebab begitu sampai di masyarakat
Brumbun yang jumlahnya hanya sekitar 60 KK, rasanya pantai ini tidak dirawat,
sehingga Tuhan Yang Maha Kuasa Murka. Artinya kalau kita tidak berhati-hati,
dan ada sunami, maka masyarakat disekitar pantai Brumbun akan hilang. Tidak ada
papan nama ajakan untuk merawat pantai, padahal pantai ini penuh dengan berkah
rezeki, karena Allah telah menurunkan Benur Lobster dan sekaligus Lobsternya,
di kawasan ini. Sayangnya masyarakat hanya mengambilnya dan menjualnya untuk
kepentingan keseharian dari nelayan di Pantai Brumbun itu.
Ada
beberapa pandangan yang kurang mengenakkan, yaitu ada saluran air yang
tempatnya kumuh dan becek, ada onggokan bonggol jagung yang tela pernah diusik,
ada bekas-bekas jaring dan umpan benur lobster yang di letakkan begitu saja,
sehingga orang lain yang datang ke pantai ini menjadi agak risih. Untungnya
pandangan ke teluk dan laut lepas membuat hati kita menjadi tenang. Selain
onggokan bonggol jagong, ada juga seonggok pisang agung (pisang byar) yang
jumlahnya cukup banyak, besar-besar dan harganya cukup murah. Masyarakat masih
awam dan belum mengetahui bagaimana mengolah produk unggulan menjadi produk
yang lebih bermanfaat. Seperti bonggol jagung, dapat dijadikan pakan ternak,
dan juga dapat dijadikan kerajinan. Namun masyarakat belum mengetahuinya.
Contohnya seperti berikut ini.
Makin
mendekat dengan pantai, ke elokan dan ke eksotikan pantai Brumbun makin memikat
hati. Begitu sampai di pantai Brumbun, sedikit agak kecewa, sebab Keindahan
dari kejauhan itu lebih indah dari dekatnya. Sebab begitu sampai di masyarakat
Brumbun yang jumlahnya hanya sekitar 60 KK, rasanya pantai ini tidak dirawat,
sehingga Tuhan Yang Maha Kuasa Murka. Artinya kalau kita tidak berhati-hati,
dan ada sunami, maka masyarakat disekitar pantai Brumbun akan hilang. Tidak ada
papan nama ajakan untuk merawat pantai, padahal pantai ini penuh dengan berkah
rezeki, karena Allah telah menurunkan Benur Lobster dan sekaligus Lobsternya,
di kawasan ini. Sayangnya masyarakat hanya mengambilnya dan menjualnya untuk
kepentingan keseharian dari nelayan di Pantai Brumbun itu.
Ada
beberapa pandangan yang kurang mengenakkan, yaitu ada saluran air yang
tempatnya kumuh dan becek, ada onggokan bonggol jagung yang tela pernah diusik,
ada bekas-bekas jaring dan umpan benur lobster yang di letakkan begitu saja,
sehingga orang lain yang datang ke pantai ini menjadi agak risih. Untungnya
pandangan ke teluk dan laut lepas membuat hati kita menjadi tenang. Selain
onggokan bonggol jagong, ada juga seonggok pisang agung (pisang byar) yang
jumlahnya cukup banyak, besar-besar dan harganya cukup murah. Masyarakat masih
awam dan belum mengetahui bagaimana mengolah produk unggulan menjadi produk
yang lebih bermanfaat. Seperti bonggol jagung, dapat dijadikan pakan ternak,
dan juga dapat dijadikan kerajinan. Namun masyarakat belum mengetahuinya.
Contohnya seperti berikut ini.
Permasalahan
Tim Flipmas
mempunyai kemampuan untuk merekam dan melihat permasalahan yang ada di
lapangan, yang dapat diklasifikasikan pada permasalahan sosil masyarakat,
ekonomi, pendidikan, lingkungan, teknologi, dan pariwisata. Temuan permasalahan
ini tidak kami jelaskan secara detail, karena permasalahan ini perlu dicari
soslusinya secara menyeluruh sehingga masyarakat menjadi sadar, dan dapat
mengembangkan pengetahuan dan aktivitasnya.
Rancangan Untuk Solusi
Bila Tim
Flipmas telah menemukan permasalahannya, maka perlu dicarai solusinya, dan
dicarikan sponsor (CSR), agar mereka (investor) yang mempunyai dana itu dapat
diimplementasikan di masyarakat secara optimal. Satu per satu permasalahan di
lapangan akan kami cuba untuk dijabarkan sesuai dengan persepsi dari tim
Flipmas. Tim Flipmas telah mencari berbagai alternatif untuk mengajak masyarakat
dusun Brumbun ini bisa bersama-sama maju, bersama-sama sejahtera,walaupun
tingkat kesejahteraan setiap KK tidak sama. Itu tergantung pada usahanya
masing-masing. Namun secara keseluruhan bila kita mau bekerjasama seia sekata,
Insya Allah kesejahteraan itu akan di dapatkan.
Penunjuk arah menuju ke Pantai Brumbun
itu secara spesifik belum ada. Sewaktu kami menuju Brumbun, di Pucanglaban kita
bertanya pada masyarakat, dan diberi tahu jalannya. Karena masyarakat sudah
mulai pandai membaca, maka petunjuka arah itu sangat diperlukan. Contoh
petunjuk arah adalah seperti berikut.
Gazebo, di kawasan penunjuk jalan di
suatu pertigaan, atau perempatan, perlu dilengkapi dengan gazebo untuk
istirahat. Gazebo dapat dibuat dari bahan yang sederhana, tetapi bermanfaat
bagi masyarakat dari hujan atau panas. Ada beberapa model gazebo yang dicari
dari internet, adalah seperti berikut.
Terumbu Karang, rupanya masyarakat juga
belum menyadari bahwa terumbu karang yang berada di dasar laut itu mempunyai
fungsi sangat penting. Satu sisi terumbu karang ini adalah untuk bersemayamnya
ikan-ikan bersama udang lobster. Selain sebagai tempat bercengeramanya para
udang lobster, terumbu karang juga berfungsi sebagai pemecah ombak di dalam
laut, sehingga mengurangi besaran ombak yang ada. Terumbu karang merupakan dari
eco system dalaman laut, sehingga ada keseimbangan di dalam laut itu sendiri.
Untuk itu masyarakat perlu diajak untuk menambah jumlah terumbu karang dengan
cara menanam terumbu karang dengan rumpon, sehingga yang jumlahnya menjadi
lebih banyak, dan ikan-ikanpun akan senang mendiaminya. Terumbu karang ini
perlu di budidayakan untuk keseimbangan lingkungan dalaman laut. Sontoh terumbu
karang buatan adalah seperti berikut.
Keramba Lobster, para nelayan membuat
keramba untuk menangkap lobster anakan (benur) dengan cara yang sederhana dan
juga murah harganya. Keramba ini dibuat dari kertas semen berlapis plastik,
dimana plastiknya adalah untuk penguat agar tidak cepat rusak, dan kertas semen
itu sebagai lapisan makanan sebagai pemancing anakan lobster untuk berkumpul di
keramba ini. Keramba ini sangat murah dan mudah dibuat, namun keramba ini mudah
di curi orang. Sehingga menjadi keramba yang tidak aman. Untuk mengamankan
keramba yang sederhana ini perlu dirancang suatu keramba untuk karang laut,
tetapi juga sebagai tempat pemancingan benur udang dengan jumlah yang banyak.
Apalagi bila dirancang bahwa keramba lobster ini dipadukan dengan keramba
karang, dan sekaligus sebagai tempat pembesaran udang lobster. Keramba yang
sederhana yang dibuat oleh nelayan adalah seperti berikut.
Paguyuban,
bentuk paguyuban ini rasanya lebih dekat di hati masyarakat ketimbang koperasi.
Karena nama paguyuban itu diambil dari bahasa Jawa, yang maknanya adalah tempat
berkumpul dan berdialog (ngobrol) yang tematik. Artinya tidak memikirkan
manajemen yang bertele-tele, tetapi mereka dalam satu paguyuban itu menjadi
hidup rukun. Dalam peribahasa Jawa “rukun agawe santosa”. Dengan pemikiran yang
sederhana ini, rupanya dapat disampaikan kepada masyarakat nelayan dan masuk
dihati mereka. Dari sinilah Tim Flipmas akan melakukan suatu aktivitas yang
bersifat membangun kebersamaan, dan akan mencari CSR yang mau memberikan
dukungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar