Senin, 10 Oktober 2016

MEMBANGUN KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT (KEM) BERBASIS PAGUYUBAN DI KAWASAN PESISIR BRUMBUN



Begitu mendengar pantai Brumbun Tulungagung eksotik, saya langsing “klik pantai brumbun”, wah banyak orang sudah mengunggah foto-foto pantai tersebut. Ada lagi yang menulis pengalaman untuk mencari dan mengapresiasi pantai Brumbun, dia sempat kebablasan jalan, karena kawasan i ini ternyata banyak pantai. Tentu saja itu kan pantai laut selatan,  sehingga mulai dari Banyuwangi sampai di Pangandaran, banyak pantai yang elok.  Walaupun sesama pantai, ternyata di setiap daerah mempunyai kekhasan yang unik dan menarik. Ada yang ombaknya tinggi dan menggelegar, ada juga yang pantainya tenang, tetapi ombak besarnya pecah di tegah, dan lain sebagainya.
Begitu melihat foto pantai Brumbun dalam internet, saya juga ingin melihat dari dekat untuk berapresiasi dan menikmati pantai Brumbun. Kami adalah Tim dari Flipmas (Forum Layanan Ipteks Masyarakat) yang mempunyai tujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, dan akan kami coba untuk mengapresiasi kawasan tersebut. Saat kami melakukan observasi yang tim observernya adalah para pakar dari Perguruan Tinggi di Surabaya (Unner) dan Malang (UM, UMM, Malang Kuceswara) bergabung untuk janjian dan jumpa di Brumbun.Sesampainya di puncak Brumbun, kita dapat menikmati bukit-bukit, tanaman-tanaman, dan pantai. Ternyata tidak hanya pantai Brumbun, masih ada pantai di sebelah timurnya, dan pantai di sebelah barat pantai Brumbun.
Kami segera turun dengan kondisi jalan yang memprihatinkan, karena berkelok agak curam, tetapi lubang-lubangnya sangat besar. Sehingga kita harus super hati2 dalam menuruni jalan menuju pantai Brumbun. Sayangnya di puncak Brumbun itu tidak ada tempat duduk untuk orang yang datang sekedar istirahat dan menikmati keindahan alam dari ketinggian. Juga tidak ada gardu atau Gazebo untuk sekedar melepas lelah. Rumbun, tidak ada pintu khusus dan tidak berkarcis seperti pantai lainnya. Mungkin Pemerintah daerah Tulungagung masih memberikan kesempatan untuk bersantai ria dan bebas bea (percuma). Pantai Brumbun di lihat dari puncak bukit Brumbun, adalah seperti berikut.




Makin mendekat dengan pantai, ke elokan dan ke eksotikan pantai Brumbun makin memikat hati. Begitu sampai di pantai Brumbun, sedikit agak kecewa, sebab Keindahan dari kejauhan itu lebih indah dari dekatnya. Sebab begitu sampai di masyarakat Brumbun yang jumlahnya hanya sekitar 60 KK, rasanya pantai ini tidak dirawat, sehingga Tuhan Yang Maha Kuasa Murka. Artinya kalau kita tidak berhati-hati, dan ada sunami, maka masyarakat disekitar pantai Brumbun akan hilang. Tidak ada papan nama ajakan untuk merawat pantai, padahal pantai ini penuh dengan berkah rezeki, karena Allah telah menurunkan Benur Lobster dan sekaligus Lobsternya, di kawasan ini. Sayangnya masyarakat hanya mengambilnya dan menjualnya untuk kepentingan keseharian dari nelayan di Pantai Brumbun itu.
Ada beberapa pandangan yang kurang mengenakkan, yaitu ada saluran air yang tempatnya kumuh dan becek, ada onggokan bonggol jagung yang tela pernah diusik, ada bekas-bekas jaring dan umpan benur lobster yang di letakkan begitu saja, sehingga orang lain yang datang ke pantai ini menjadi agak risih. Untungnya pandangan ke teluk dan laut lepas membuat hati kita menjadi tenang. Selain onggokan bonggol jagong, ada juga seonggok pisang agung (pisang byar) yang jumlahnya cukup banyak, besar-besar dan harganya cukup murah. Masyarakat masih awam dan belum mengetahui bagaimana mengolah produk unggulan menjadi produk yang lebih bermanfaat. Seperti bonggol jagung, dapat dijadikan pakan ternak, dan juga dapat dijadikan kerajinan. Namun masyarakat belum mengetahuinya. Contohnya seperti berikut ini.




Makin mendekat dengan pantai, ke elokan dan ke eksotikan pantai Brumbun makin memikat hati. Begitu sampai di pantai Brumbun, sedikit agak kecewa, sebab Keindahan dari kejauhan itu lebih indah dari dekatnya. Sebab begitu sampai di masyarakat Brumbun yang jumlahnya hanya sekitar 60 KK, rasanya pantai ini tidak dirawat, sehingga Tuhan Yang Maha Kuasa Murka. Artinya kalau kita tidak berhati-hati, dan ada sunami, maka masyarakat disekitar pantai Brumbun akan hilang. Tidak ada papan nama ajakan untuk merawat pantai, padahal pantai ini penuh dengan berkah rezeki, karena Allah telah menurunkan Benur Lobster dan sekaligus Lobsternya, di kawasan ini. Sayangnya masyarakat hanya mengambilnya dan menjualnya untuk kepentingan keseharian dari nelayan di Pantai Brumbun itu.
Ada beberapa pandangan yang kurang mengenakkan, yaitu ada saluran air yang tempatnya kumuh dan becek, ada onggokan bonggol jagung yang tela pernah diusik, ada bekas-bekas jaring dan umpan benur lobster yang di letakkan begitu saja, sehingga orang lain yang datang ke pantai ini menjadi agak risih. Untungnya pandangan ke teluk dan laut lepas membuat hati kita menjadi tenang. Selain onggokan bonggol jagong, ada juga seonggok pisang agung (pisang byar) yang jumlahnya cukup banyak, besar-besar dan harganya cukup murah. Masyarakat masih awam dan belum mengetahui bagaimana mengolah produk unggulan menjadi produk yang lebih bermanfaat. Seperti bonggol jagung, dapat dijadikan pakan ternak, dan juga dapat dijadikan kerajinan. Namun masyarakat belum mengetahuinya. Contohnya seperti berikut ini.


Permasalahan

Tim Flipmas mempunyai kemampuan untuk merekam dan melihat permasalahan yang ada di lapangan, yang dapat diklasifikasikan pada permasalahan sosil masyarakat, ekonomi, pendidikan, lingkungan, teknologi, dan pariwisata. Temuan permasalahan ini tidak kami jelaskan secara detail, karena permasalahan ini perlu dicari soslusinya secara menyeluruh sehingga masyarakat menjadi sadar, dan dapat mengembangkan pengetahuan dan aktivitasnya.

Rancangan Untuk Solusi

Bila Tim Flipmas telah menemukan permasalahannya, maka perlu dicarai solusinya, dan dicarikan sponsor (CSR), agar mereka (investor) yang mempunyai dana itu dapat diimplementasikan di masyarakat secara optimal. Satu per satu permasalahan di lapangan akan kami cuba untuk dijabarkan sesuai dengan persepsi dari tim Flipmas. Tim Flipmas telah mencari berbagai alternatif untuk mengajak masyarakat dusun Brumbun ini bisa bersama-sama maju, bersama-sama sejahtera,walaupun tingkat kesejahteraan setiap KK tidak sama. Itu tergantung pada usahanya masing-masing. Namun secara keseluruhan bila kita mau bekerjasama seia sekata, Insya Allah kesejahteraan itu akan di dapatkan.
Penunjuk arah menuju ke Pantai Brumbun itu secara spesifik belum ada. Sewaktu kami menuju Brumbun, di Pucanglaban kita bertanya pada masyarakat, dan diberi tahu jalannya. Karena masyarakat sudah mulai pandai membaca, maka petunjuka arah itu sangat diperlukan. Contoh petunjuk arah adalah seperti berikut.




Gazebo, di kawasan penunjuk jalan di suatu pertigaan, atau perempatan, perlu dilengkapi dengan gazebo untuk istirahat. Gazebo dapat dibuat dari bahan yang sederhana, tetapi bermanfaat bagi masyarakat dari hujan atau panas. Ada beberapa model gazebo yang dicari dari internet, adalah seperti berikut.



  Tanggul, lokasi Dusun Brumbun dengan pantai(laut) sangat berdekatan. Bila terjadi air pasang, air laut itu bisa sampai di jalan dan masuk ke areal masyarakatnya. Permasalahannya adalah tidak ada tanggul yang membentenginya. Masyarakat selama ini santai saja, dan bahkan itu menjadi bagian dari kehidupan di tepi laut. Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana adanya suatu tanggul dari pasir tetapi dimasukkan dalam karung plastik, sehingga dapat memberi batas dan juga sebagai beteng keamanan. Contoh tanggul yang dibuat dari pasr adalah sebagai berikut.



Terumbu Karang, rupanya masyarakat juga belum menyadari bahwa terumbu karang yang berada di dasar laut itu mempunyai fungsi sangat penting. Satu sisi terumbu karang ini adalah untuk bersemayamnya ikan-ikan bersama udang lobster. Selain sebagai tempat bercengeramanya para udang lobster, terumbu karang juga berfungsi sebagai pemecah ombak di dalam laut, sehingga mengurangi besaran ombak yang ada. Terumbu karang merupakan dari eco system dalaman laut, sehingga ada keseimbangan di dalam laut itu sendiri. Untuk itu masyarakat perlu diajak untuk menambah jumlah terumbu karang dengan cara menanam terumbu karang dengan rumpon, sehingga yang jumlahnya menjadi lebih banyak, dan ikan-ikanpun akan senang mendiaminya. Terumbu karang ini perlu di budidayakan untuk keseimbangan lingkungan dalaman laut. Sontoh terumbu karang buatan adalah seperti berikut.


 
Keramba Lobster, para nelayan membuat keramba untuk menangkap lobster anakan (benur) dengan cara yang sederhana dan juga murah harganya. Keramba ini dibuat dari kertas semen berlapis plastik, dimana plastiknya adalah untuk penguat agar tidak cepat rusak, dan kertas semen itu sebagai lapisan makanan sebagai pemancing anakan lobster untuk berkumpul di keramba ini. Keramba ini sangat murah dan mudah dibuat, namun keramba ini mudah di curi orang. Sehingga menjadi keramba yang tidak aman. Untuk mengamankan keramba yang sederhana ini perlu dirancang suatu keramba untuk karang laut, tetapi juga sebagai tempat pemancingan benur udang dengan jumlah yang banyak. Apalagi bila dirancang bahwa keramba lobster ini dipadukan dengan keramba karang, dan sekaligus sebagai tempat pembesaran udang lobster. Keramba yang sederhana yang dibuat oleh nelayan adalah seperti berikut.




Paguyuban, bentuk paguyuban ini rasanya lebih dekat di hati masyarakat ketimbang koperasi. Karena nama paguyuban itu diambil dari bahasa Jawa, yang maknanya adalah tempat berkumpul dan berdialog (ngobrol) yang tematik. Artinya tidak memikirkan manajemen yang bertele-tele, tetapi mereka dalam satu paguyuban itu menjadi hidup rukun. Dalam peribahasa Jawa “rukun agawe santosa”. Dengan pemikiran yang sederhana ini, rupanya dapat disampaikan kepada masyarakat nelayan dan masuk dihati mereka. Dari sinilah Tim Flipmas akan melakukan suatu aktivitas yang bersifat membangun kebersamaan, dan akan mencari CSR yang mau memberikan dukungan.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar