Menjadi
Guru Seni Budaya di tingkat SMA dituntut selalu mengikuti perkembangan senirupa
yang berada di lapangan. Pada akhir-akhir ini bermunculan berbagai Art Gallery
yang memberi ruang pamer bagi para pelukis muda Indonesia, dan juga
pelukis-pelukis daerah.Para seniman daerah mengusung kearifan lokal. Keragaman
hasil senirupa daerah ternyata telah mewarnai eksistensi seni budaya daerah
sebagai kearifan lokal (local genius),
dan perlu mendapatkan apresiasi bagi siswa SMA, yang cocok untuk materi
pembelajaran Apresiasi Senirupa.
Kompetensi
Isi pada Kurikulum 2013, sub bidang studi senirupa kelas X pada poin 3,
dituliskan bahawa: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
Menurut I Wayan Seriyoga Parta(2008) Dalam kaitan
pertumbuhan ruang alternatif ini Amanda Katherine Rath mengungkapkan “dalam
konteks Indonesia “ruang seni alternatif” urban bisa dipandang sebagai
kelanjutan konsep dasar sistem sanggar maupun sebagai representasi masyarakat
yang kian terintregrasi ke dalam jaringan internasional.Berbeda dengan kelompok/sanggar yang
lebih ideologis dengan semangat nasionalisme seperti yang tejadi pada th 30-an
sampai 60-n, yang bisa dilihat dari Persagi atau yang lebih ideologis Sanggar
Bumi Tarung yang sangat sosialis. Ruang/ komunitas alternatif umumnya konsen
dengan persoalan fenomena masyarakat urban dan penyebaran lintas budaya-lintas
bangsa-globalisasi.
Salah satu
ruang alternatif dalam senirupa adalah Kearifan lokal (local genius) saat ini menjadi primadona di setiap daerah, yang
ditunjukkan oleh keberadaan seni terapan, seperti batik. Di setiap daerah
Kabupaten dan Kota di seluruh Indonesia telah dimunculkan adanya batik sebagai
identitas lokal, seperti Batik Gajah Oling Banyuwangi, Batik Kembang Tembakau
di Jember, batik Kerang dan Biota laut di Situbondo, Batik Pisang Setandan di
Lumajang, Batik Anggur dan mangga di Probolinggo, Batik Gedok di Tuban, Batik
Madura, Batik Gajah Mada di Tulungagung, Batik Pring Sedapur di Magetan, Batik
Kenongo di Madiun, batik Pace di Pacitan, Batik Jati Bojonegoro, dan masih
banyak lagi produk kearifan lokal yang menandai ciri khas dari pemerintah
daerah.
Karya batik
sebagai kearifan lokal tersebut dapat memberikan identitas lokal sebagai ikon
daerah, dan di setiap daerah mempunyai keragaman hasilnya. Bila dari berbagai
identas lokal tersebut dijadikan sebagai materi pembelajaran seni budaya
daerah, hal tersebut akan membantu para guru senirupa untuk memeberikan
pelajaran apresiasi di tingkat SMA. Karena di dalam batik itu terkandung
berbagai nilai estetik dan makna simbolik yang dapat dikaji dan digali sebagai
keraifan lokal.
Jabaran dari
kompetensi isi pada Kurikulum 2013 tersebut dapat diuraikan seperti berikut ini:
(1) Memahami struktur, jenis, dan fungsi karya seni lukis dengan beragam media
dan teknik; (2) Menganalisis simbol, makna, dan nilai estetika karya seni lukis
dengan beragam media dan teknik; (3) Memahami struktur, jenis, dan fungsi karya
seni grafis dengan beragam media dan teknik; (4) Menganalisis simbol, makna,
dan nilai estetika karya seni grafis dengan beragam media dan teknik; (5)
Memahami struktur, jenis, dan fungsi karya seni ilustrasi dengan beragam media
dan teknik; (6) Menganalisis simbol, makna, dan nilai estetika karya seni
ilustrasi dengan beragam media dan teknik; (7) Menganalisis kegiatan pameran
karya seni rupa dua dimensi.
Ruang Alternatif dalam Senirupa
Seperti
telah diutarakan di atas bahawa ruang senirupa alternatif masa kini merupakan
wahana untuk berkreasi seni secara terbuka dan wahana alternatif untuk
mengembangkan senirupa melalui berbagai media, sanggar, dan ekstra kurikuler di sekolah. Diharapkan lahan
ekstra kurikuler seni di sekolah mampu menguak dan mengembangkan seni secara
luas dan terbuka, dengan mengembangkan kreativitas secara optimal, dengan media
yang bervariatif. Tidak saja menggambar atau melukis, tetapi sampai pada kriya
batik, dan berbagai kriya dengan media bahan bekas.
Setiap
tahun di Jawa Timur dan Indonesia menyelenggarakan lomba yang di wadahai dalam
FSL2N, dan salah satunya adalah mengembangkan kekriyaan alternatif sebagai
produk-produk dari berbagai daerah urban, dan menghasilkan berbagai asesoris
yang beraneka ragam. Asesories yang menjadi wahana senirupa alternatif
merupakan medan ruang alternatif dalam pengembangan senirupa, ternyata dari 37
daerah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur menghasilkan berbagai alternatif produk
senirupa yang beraneka corak, ragam, dan bahan. Kreativitas daerah muncul
dengan membawa nama SMA di daerah, dan dengan kejelian para pembimbing mampu
menhasilkan produk-produk yang alternatif.
Seperti
koran bekas, bila digarap secara serius akan menghasilkan produk yang
berkualitas, dengan teknik yang sangat sederhana sampai pada teknik yang sangat
rumit. Di Jogyakarta ada satu kawasan yang menggunakan koran bekas sebagai
wahana untuk tas, dan dikerjakan secara serius, sehingga menjadi produk ekspor.
Itulah maknanya bahawa koran bekas sebagai wahana ruang alternatif dalam berbagai medi
Ruang-ruang
alternatif ini tersebar dikantung-kantung kesenian, di Yogyakarta, Jakarta,
Bandung, Bali, Semarang, Malang, serta tidak menutup kemungkinan terdapat di
daerah lain (luar Jawa dan Bali) dalam lingkup wilayah propinsi seperti
Sumatera yang akhir-akhir ini mulai menunjukkan gelagat kebangkitan. Dengan
menyebut diantaranya adalah Rumah Seni Cemeti, Gelaran Budaya, Mes 56, Rumah
Seni Muara, hingga Parking Space di Yogyakarta, atau dari Barak Galeri, Pabriek
Galeri, di Bandung dan kemudian hadir Rumah Proses, hingga Common Room, atau
Room no.1, If Veneu dan yag lain. Ruang Rupa Jakarta, Klinik Seni Taxu Bali,
atau Ktok Project Semarang, bahkan Komunitas Belanak di Padang. Mereka umumnya
memakai pola yang sama, bersifat inisiatif dan mempunyai ruang untuk
mempresentasikan karya-karya mereka. Femonema ini bahkan mungkin juga muncul
daerah-daerah seperti; Kalimantan, Sulawesi, hanya saja aktivitas mereka tidak
pernah terekspose sampai ketingkat nasional, atau belum adanya usaha/kesadaran
untuk membuat jaringan dalam lingkup yang lebih luasa senirupa yang
dapat diwujudkan dalam kreativitas anak bangsa.
Selain
produk-produk seni terapan, dalam
senirupa pada ruang alternatif banyak menghasilkan lukisan dengan berbagai
corak dan ragamnya. Lukisan dengan berbagai corak yang bersifat alternatif
dapat dikembangkan oleh anak-anak setingkat SMA, yang merupakan kompetensi
ekspresi dan kompetensi apresiatif. Kompetensi apresiatif dimaknai sebagai
media ekspresi yang perlu dipersepsi.
Penutup
Suatu
kompetensi dalam pendidikan seni budaya pada kurikulum 2013, yakni memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa keingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
Dengan
adanya eksistensi ruang alternatif dalam berkreasi seni budaya, maka Guru seni
menjadi mediator untuk mencari sumber, mencari produk-produk inovatif sesuai
dengan perjalanan waktu yang terus berkembang, sehingga senirupa alternatif
menjadi bagian dari isi materi pembelajaran seni budaya di tingkat SMA.
Kiranya
tulisan ini dapat menggugah para Guru Senibudaya di SMA untuk berkreasi, dan
menyiapkan murid-muridnya yang kreatif, dan dirahmati Allah. amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar