Senin, 19 September 2016

PROSES PERANCANGAN BATIK BERBASIS POTENSI LOKAL



Potensi lingkungan di setiap daerah mempunyai keunikan dan keragaman. Potensi lingkungan dapat diklasifikasikan dalam dua faktor, yaitu : (a) faktor internal, dan (b) faktor eksternal. Lingkungan yang dapat dikategorikan sebagai faktor internal, yaitu pemikiran setiap personal termasuk kemampuan memecahkan masalah, perilaku keseharian, gagasan dan idealisme. Setiap orang mempunyai kapasitas dalam berpikir dan memecahkan masalah, cara menyikapi masalah, dan juga strategi yang bersifat integratif untuk memecahkan masalah yang bersifat personal serta orang lain. Sedangkan lingkungan yang dapat dimasukkan dalam faktor eskternal,  yaitu : (1) lingkungan keluarga; (2) lingkungan masyarakat; (3) lingkungan alam. Justru lingkungan alam yang banyak memberikan isian dalam proses perancangan ragam hias batik. Bila lingkungan alam menyuguhkan kekayaan alam, awan, gunung, laut, bunga, buah, binatang, dan manusia, itu semua menjadi inspirasi dalam perancangan ragam hias batik.






Tahap Pencarian Ide Kreatif

Suatu contoh, seorang perancang motif hias batik dan juga seorang saudar batik pada tahun 1960 an, yaitu Bapak Haji Sapuan yang rumahnya di Tulungagung, beliau merasa bahwa batik klasik yang ada di pasaran saat itu mulai jenuh karena ada persaingan jenis kain tetoron yang mengalahkan pasar batik saat itu. Beliau sangat mengagumi seorang Patih Gajah Mada yang gagah berani, dan mampu menyatukan berbagai pulau dan kerajaan dibawah naungan Nusantara. Nusantara pada zaman Majapahit meliputi Jawa, Sumatra, Malaka, Kamboja, sebagian Philipina, Kepulaua Aru, Irian, Selebes, Kalimatan, Bali dan Nusa Tenggara. Nusantara pada zaman Majapahit adalah memberikan kebebasan kerajaan-kerajaan dibawah Nusantara untuk mengoptimalkan otonomi daerahnya, tetapi mempunyai komitmen untuk menggalang kesatuan Nusantara di bawah Majapahit. Komitmen itulah yang digunakan Majapahit sebagai Manajemen Kesatuan Nusantara. Sehingga Gajah Mada mampu mengelola ESQ dalam pola manajemen strategis Nusantara. Haji Sapuan sangat apresiatif terhadap perjuangan Gajah Mada tersebut, dan beliau mempunyai angan-angan menciptakan nama Batik di Tulungagung pada tahun 1960-an tersebut, dan diberi nama Batik Gajah Mada (batik Gajah Modoan). Batik tersebut lahir di Majanan, sehingga model batik baru itu disebut juga sebagai Batik Majanan Gajah Modoan. Isen-isen motif hias yang dirangkai dalam Batik Gajah Modoan, itu adalah Burung Merak, dan bunga buket, dan lainnya. Yang menandai kekhasan batik Gajah Modoan, yaitu warnanya yang bervariasi. Kalau batik klasik banyak di dominasi warna coklat, tetapi batik Gajah Mada menunjukkan kebaruan dengan warna-warni yang mempesona.  Jadi faktor eksternal dicerap sedemikin rupa di integrasikan dengan kapasitas faktor internal, menhasilkan batik Gajah Mada di Tuluangagung.




 

Contoh lain, yaitu batik masa kini, yang inspirasinya dari faktor lingkungan tersekat, yaitu lingkungan alam sebagai sumber inspirasi untuk merancang motif hias batik baru. Para perancang motif hias batik di Batu Malang, yang mengetengahkan motif hias Batik Bantengan Batu. Karakter perancang masa kini ini mempunyai faktor internal berbasis akademik, karena ia adalah lulusan dari Jurusan Seni Rupa IKIP Malang. Ia menggeluti batik, mengembangkannya dan mengajarkan kepada siswa-siswi di SMP. Perancan ini bernama Anjani, ia sangat dekat dengan Ibu Walikota Batu, karena ia telah berhasil menciptakan berbagai motif hias batik khas Batu. Anjani mengamti potensi budaya lokal di Kota Batu adalah Bantengan, dengan gerakan yang menyerupai banteng dan dimainkan oleh dua orang. Akhirnya Anjani mengambil kepala bantengan sebagai motif hias utama dalam batik khas kota Batu. Dikarenakan Anjani adalah lulusan dari Jurusan Seni rupa, maka ia dapat juga mengembangkan batik khas Kota Batu dengan buah-buahan khas, yaitu Apel, tomat, logo wisata Kota Batu sebagai modal untuk menginsspirasi motif hias batik Kota Batu yang baru. Ide-ide kreatif dengan mengambil potensi lingkungan adalah yang cukup menarik.






Contoh lain, sorang perancang batik dan juga produkser batik khas Pacitan, yaitu Budi Raharjo dengan namanya yang cukup unik Batik Tengah Sawah, dia mencoba untuk mencari ide kreatifnya dengan menstilasi dari tanaman khas di Pacitan, yaitu tanaman Pace, yang pada akhirnya menjadi batik khas Pacitan. Selain itu ia juga mengembangkan motif hias batik barunya, seperti motif hias Gelombang Cinta, yang digambarkan dalam batik barunya yaitu Batik Gelombang Cinta. Namnya cukup unik tetapi tampilan batiknya jauh lebih unik lagi.


Proses Pendadaran Ide Kreatif

Ide-ide kreatif tersebut juga dapat digubah atau di stilier dari apa yang diamatinya, dan dijadikan idea untuk merancang motif hias. Seorang perancang atau desainer motif hias pada umumnya mereka piawai untuk melakukan pendadaran idea ke dalam bentuk garis dan bentuk dalam desain motif hias .




Di dalam satu lembat kain batik pada umumnya mempunyai motif hias utama, ada motif hias ipakai sebagai isen-isen, dan ada juga motif hias lemahan (dasaran), yang semuanya itu merupakan bagian analisis struktur dalam batik. Akan tetapi batik modern sudah tidak lagi mengindahkan komposisi strukturalnya, bahkan cenderung bebas se bebasnya. Namun demikian batik yang masih menganut pakem tersebut juga masih mempunyai pendukung dan pembelinya.
Seorang desainer motif hias dapat melakukan perancangan dalam bentuk unsur-unsur desain motif hias, dan dapat dipadukan unsur-unsur tersebut menjadi satu keatuan yang utuh dalam rancangan tersebut. 


Merancang Ragam Hias Menyeluruh

Perlu dikathui bahwa Ragam Hias mempunyai perbedaan makna dengan Motif Hias. Motif hias adalah unsur-unsur dari ragam hias. Dengan demikian motif hias adalah bagian-bagian dari unsur ragam hias. Dalam peristilahan perbendaan kata dalam khasanah batik, motif hias adalah unsur-unsur dari ragam hias batik, seperti motif hias utama (pokok),  isen-isen (motif hias isian), dan tanahan (lemahan).




Penutup

Sebagai seorang perancang ragam hias batik, baik yang sudah mahir, maupun yang masih dalam tahap belajar, tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mencoba untuk merancang desain batik berbasis potensi lingkungan.
 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar